Tidak salah apa kata pakar
motivator, bahwa “Perubahan tidak akan pernah hadir sebagai sebuah hadiah, tapi
perubahan harus diperjuangkan”. Dan impian
sebesar apapun, jika itu diyakini akan dicapai, jika dilandasi oleh
upaya maksimal, konsisten dan sabar, pada akhirnya akan diraih.. ungkapan ini
telah terbukti atas mimpi yang dicoba ditanamkan oleh fasilitator pada beberapa
kelompok Simpan pinjam khusus perempuan binaan pnpm mandiri perdesaan
bulukumba.
Perempuan perdesaan dengan segala
kekurangannya, memiliki Potensi dan
sumber daya yang belum tergarap maksimal sampai hari ini, mereka banyak
dikonotasikan tidak memilikii kemampuan, sulit berkembang, dan seterusnya,
akhirnya potensi perempuan perdesaan belum banyak dilirik untuk dikembangkan.
Pada tahun 2007, dikebupaten Bulukumba, hadir sebuah program yang berjudul PNPM
Mandiri Perdesaan, tentu dengan namanya, akan memberi banyak perubahan terhadap
kehidupan social ekonomi masyarakat perdesaan, khususnya perempuan.
Salah satu sisi mulia yang dicoba
digarap oleh PNPM Mandiri Perdesaan di awal tahun 2007 di bulukumba adalah, penguatan
ekonomi melalui pengembangan usaha simpan pinjam yang dikelolah oleh kelompok
perempuan di desa-desa, tentu hal ini menjadi sebuah momentum tersendiri bagi
kaum perempuan di desa-desa, yang akhirnya tercatat kurang lebih 200 kelompok
simpan pinjam khusus perempuan terbentuk, dihampir semua dusun dan desa lokasi
PNPM Mandiri Perdesaan kabupaten Bulukumba.
Kehadiran kelompok-kelompok ini,
tentu menjadi issu menarik dalam konteks pemberdayaan, apakah mereka cukup
hanya di beri pinjaman modal usaha kewajiban program telah selesai, ataukah
kelompok-kelompok ini patut diantar
masuk pada wilayah yang lebih manusiawi, sebagaimana visi PNPM Mandiri
Perdesaan, “keberdayaan dan kemandirian”. Pergulatan nurani ini kemudian
memaksa para fasilitator untuk merumuskan konsepsi pola pendampingan klp
perempuan yang diberi julukan kelompok Simpan dan Pinjam, bukan kelompok pinjam
saja.
Tentu dengan gengsi fasilitator
program, yang telah menjual sekaligus
dua kata simpul perjuangan kaum pinggiran, yaitu Pemberdayaan dan
Kemandirian, menjadi hantu yang selalu menemaninya disaat dirinya akan terlelap
dimalam hari… apakah kita akan tega menjadi pemain yang seolah-olah, akan
memberi perubahan yang semu.
Bisikan ini kemudian memaksa
fasilitator, untuk menterjemahkan sebuah gagasan sederhana yang bisa mengantar
para kelompok-kelompok perempuan untuk
bermimpi dengan tulus untuk meraih sebuah harapan. Disadari sepenuhnya oleh
fasilitator bahwa PNPM Mandiri Perdesaan, hanyalah sebuah kendaraan bagi
seorang gucepara, agar hadir ditengah-tengah kelompok masyarakat sebagai
seorang sahabat, keluarga dan saudara yang bisa merasakan suara hati mereka,
lalu mencoba mengurai benang merah yang telah lama kusut.
Memang tidak akan mungkin efektif
sebuah pendampingan yang dilakukan secara klosal, dan tidak akan mungkin
kelompok-kelompok perempuan ini secara serentak mampu mewujudkan mimpinya, tapi
paling tidak, proses awal dalam mengajak mereka untuk duduk bersama memikirkan
sesuatu tentang kehidupannya, dilakukan
secara utuh, dan berdasarkan akar masalah yang mereka hadapi.
Bahwa mereka butuh dana iyya,
tapi sesungguhnya kebutuhan mereka bukan pada dana, karena itu hanyalah obat
sesaat. Sehingga awal prosesnya kelompok-kelompok ini diajak duduk bersama
dalam sebuah ikatan emosional, mencari akar masalah, kenapa mereka butuh modal
pinjaman dari pihak lain. Apa itu menjawab akar masalah mereka. Apakah betul
mereka tidak punya potensi dan sumber daya yang bisa digerakkan agar mereka
tidak tergantung pada pihak lain.
Akhirnya terjawab bahwa pada
dasarnya mereka tidak butuh uluran tangan dari pihak luar, yang mereka butuhkan
adalah pihak yang percaya akan kemampuan mereka dan mau menemani mereka untuk
menyusun sebuah kesadaran kollektif, mimpi kollektif, harapan-harapan
kollektif, aturan-aturan kollektif, dan rencana aksi kollektif.
Meyakinkan sesorang untuk percaya
pada kemampuannya, tidaklah mudah, membutuhkan sebuah kesabaran yang tinggi,
apalagi yang dihadapi adalah kelompok perempuan. Tetapi seorang fasilitator
yang baik harus menyadari sebuah teori sederhana, bahwa seekor binatang yang
dilatih dengan tulus dan sungguh-sungguh pada akhirnya akan menghasilkan hasil
yang maksimal.
Pada konteks ini sehingga,
berbagai aktivitas klp dan pengurus klp, yang didesain, secara konsisten, akan
mengantar mereka pada sebuah pemahaman, dan mimpi yang sempurna, yang dapat
merubah seluruh energi positif yang ada dalam kelompok itu, khususnya pengurus,
untuk bergerak menuju sebuah hasil yang maksimal.
Apa salah jika kelompok Simpan
Pinjam Perempuan diajak bermimpi mewujudkan sebuah bank atau lembaga keuangan
mikro?. Sebuah pertanyaan yang menggelitik dan Jawabannya menurut saya adalah
tidak salah, karena program PNPM Mandiri Perdesaan, dari segi judul, sudah
memaksa semua energy positif kita untuk memberi harapan dan mimpi pada setiap
komunitas apapun yang menjadi sasaran program, termasuk kelompok simpan pinjam.
Pada konteks inilah sehingga visi
atau mimpi sebuah pendampingan kelompok adalah mutlak adanya, jika tidak
dibangun dengan visi atau mimpi yang jelas, maka tentu itu sebuah keniscayaan,
sehingga menjadi haram hukumnya kita menyebut kata kemandirian apalagi kata
pemberdayaan.
Merumuskan visi atau mimpi dalam
sebuah kelompok yang dirumuskan secara
partisipatif, lalu terurai dari sebuah kesadaran kollektif akan pentingnya
sebuah perubahan yang harus diperjuangkan, menjadi langkah awal pembentukan
kelompok. Materi pembahasan ini yang mengantar kelompok-kelompok simpan pinjam
khusus perempuan di awal tahun 2007 dikabupaten bulukumba, berdiri dengan
semangat dan beraurah.
Hasilnya, kelompok-kelompok ini
dalam waktu 5 bulan, rata-rata telah melakukan usaha simpan pinjam dari modal
mereka sendiri, sebelum cair dana pinjaman dari PNPM Mandiri Perdesaan. Pertemuan bulanan dikelompok berjalan,
pelatihan dan rakor bulanan pengurus kelompok simpan pinjam menjadi kegiatan
rutin dilakukan ditingkat kecamatan. Serentak pengurus kelompok simpan pinjam,
seolah-olah berubah menjadi mahasiswa yang setiap saat siap menerima mata
kuliah yang diajarkan oleh fasilitator. Suasana ini kemudian menghantarkan
banyak kelompok simpan pinjam menemukan titik terang atas mimpi yang mereka
rumuskan 5 tahun lalu.
Masalahnya kemudian adalah
ihklaskah kita menghantarkan mereka pada sebuah harapan kemandirian yang kita
ajarkan pada mereka, sehingga ketika mereka mencoba secara tulus menyatakan
kemandiriannya, kitapun menyambut dengan bangga, ataukah kita tidak siap secara
konsep untuk mengantar mereka pada sebuah kemandirian. Karena faktanya mereka
secara modal, manajemen, administrasi dan seterusnya, sangat memungkinkan untuk
diwujudkan mimpi mereka sebagai lembaga keuangan mikro, yang mandiri dan
indevenden.
Contohnya kelompok Edelweis, desa
kindang. Kecamatan kindang, kelompok ini telah mengelolah dana miliknya sendiri
yang diperoleh dari keuntungan unit
usaha simpan pinjam yang dikelolahnya kurang lebih Rp. 100 Jt, Tabungan anggota
dan masyarakat menghampiri 200 Jt. Sehingga satu tahun terakhir ini, kelompok
ini tidak lagi bermohon pinjaman ke UPK.
Kelompok Edelweis, telah
menggulirkan dana kemasyarakat kurang lebih 1 M. Selain mengelolah unit usaha
simpan pinjam, kelompok ini memiliki unit usaha produk makan ringan, yang
produksinya setiap hari mencapai 1 Jt, dan telah menyerap 10 orang tenaga
kerja.
Pergulatan nurani kembali menguji
kita, apakah kelompok Edelweis dan kelompok lainnya yang telah menunjukkan
kemandiriannya kita biarkan pada posisi itu, tentu tidak, sehingga beberapa
bulan lalu, kelompok yang dianggap telah memenuhi criteria untuk mandiri ini,
di latih secara khusus, diprakarsai oleh Devisi TPM RBM, dengan menghadirkan pihak Perbankan BNI-BRI,
Dinas Koperasi dan beberapa pihak lain, untuk memberikan penguatan tentang
Manajemen pengelolaan lembaga keuangan Mikro.
Bulan Oktober 2012 sekitar 25
kelompok yang dianggap memenuhi criteria tadi dan telah mengikuti pelatihan
Manajemen pengelolaan lembaga keuangan mikro, akan lounching peralihan status
menjadi lembaga keungan mikro (PKM), setelah Akte pendiriannya dan berbagai
pembenahan admnistrasi telah rampung dilakukan.